Kepada Aku #2

Kepada aku satu tahun yang lalu,

Hai! Apa kabar? Kamu tentu baik-baik saja, bukan? Karena kalau tidak, tentu aku yang sekarang tidak akan pernah ada.

Terima kasih ya karena kamu telah bertahan. Terima kasih karena kamu tidak berhenti untuk terus berjuang dan tidak menyerah dengan hal-hal yang menjadi ujianmu. Terima kasih karena kamu berhasil menjadi aku yang sekarang.

Jika kamu bertanya, “Apakah aku bahagia sekarang?” Tentu saja aku akan menjawab, “Ya, aku bahagia.” Meski kesedihan-kesedihan yang dulu kamu rasakan, terkadang juga masih aku rasakan sekarang. Namun tentunya dengan kadar yang berbeda.

Setahun ini rasanya memang segala sesuatunya terasa berat. Tiga orang yang kamu sayang dan menyayangimu telah pergi kembali ke Sang Pemilik. Dua di antaranya tak bisa kamu antar ke pembaringan terakhir. Hanya doa yang bisa kamu panjatkan untuk mengantar mereka.

Tujuh bulan terakhir ini mungkin adalah waktu dimana aku terlalu sering menumpahkan air mata dibandingkan waktu yang lain yang kamu lalui. Namun air mata yang jatuh itu sepadan dengan apa yang aku dapatkan.

Selama satu tahun ini kamu tentunya sudah tahu jika kita jauh dari rumah. Meski hanya berjarak kurang dari dua jam perjalanan, kata pulang adalah sebuah kata istimewa. Karena kita memikul sebuah tanggung jawab yang membawa nama negara.

Kita tidak bisa bertemu dengan bebas dengan keluarga kita karena jarak dan protokol yang memisahkan. Kita juga harus menahan rindu yang berusaha kita pendam—juga momen-momen berharga yang kita lewatkan.

Namun sebagai gantinya, kamu bertemu dengan orang-orang baik—dengan orang-orang asing yang peduli padamu yang terkadang melebihi orang terdekatmu.

Dari aku,

080822

Leave a comment